🗓️ 08 Mar 2024·🕑 3 min read

Menghindari Bus Factor dalam Tim

Apa itu Bus Factor dan bagaimana cara menghindarinya?

Menghindari Bus Factor dalam Tim

Original Photo by Hannah Busing

Memahami Bus Factor

Jika kamu adalah orang yang bekerja di industri Software Development cukup lama, kamu tentu mengenal seseorang di dalam tim yang jika secara tiba-tiba tertabrak bus (dengan kata lain meninggalkan tim), maka progres tim akan menjadi terhambat karena tidak ada orang lain di tim yang bisa menggantikan perannya dikarenakan banyak hal teknis yang hanya dia dan tuhan yang tau.

Orang tersebut adalah apa yang disebut dengan “Bus Factor”.

Tentu kita setuju bahwa sebenarnya Bus Factor ini biasanya adalah orang-orang yang jenius. Meskipun umumnya kita bersyukur adanya orang-orang jenius yang “limited edition” ini, keberadaan mereka yang “limited edition” bisa mempersulit tim di situasi tertentu.

Menghilangkan Bus Factor

Jika sekarang ada seorang Bus Factor di tim mu, maka sebaiknya kamu segera menghilangkannya. Menghilangkan di sini bukan berarti mengeluarkan orang tersebut dari tim, namun membuatnya bukan menjadi Bus Factor lagi.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah meminta Bus Factor tersebut untuk melakukan sharing session atau mentoring ke individu yang kurang familiar dengan ranah tersebut paling tidak 30menit sehari.

Selain itu pastikan juga Bus Factor ini tidak melakukan pekerjannya sendiri, tempatkan Bus Factor ini ke sebuah project dengan anggota tim lain sehingga anggota tim lain ikut mengerjakan apa yang biasanya dikerjakan Bus Factor ini sendirian. Jikalau ada anggota tim yang kesulitan, maka sang Bus Factor ini akan menjadi mentor yang siap mengajari.

Menghindari Bus Factor

Menghilangkan Bus Factor bukan tugas yang sekali dilakukan langsung selesai. Kita juga perlu mencegah Bus Factor ini muncul lagi. Kamu bisa mencoba cara-cara yang saya terapkan di tempat saya bekerja sebagai berikut:

1. Pairing

Hindari mengerjakan sesuatu sendiri ketika sebuah task menjadi sangat kompleks. Saya biasa mengadakan meeting khusus untuk mengerjakan sebuah task bersama-sama. Hal yang saya suka dari pairing adalah ia juga dapat meningkatkan bonding dalam tim.

2. Code-Review

Menerapkan kultur code-review sangat efektif karena menuntut reviewer untuk memahami kode yang ditulis orang lain. Code-review yang dilakukan secara lisan juga dapat menjadi opsi yang lebih efektif karena melibatkan percakapan satu sama lain.

3. Rotasi Job Desc

Secara rutin, tukarlah job desc dari sesama anggota tim. Di tempat saya bekerja, saya memecah beberapa job desc dan membaginya ke anggota tim. Setiap satu bulan sekali job desc tersebut dirotasi ke anggota tim lain. Hal ini membuat semua anggota tim memiliki pengetahuan yang sama dan dapat mem-backup satu sama lain.

Kegiatan rotasi ini akan mendorong anggota tim keluar dari zona nyamannya dan membuatnya belajar hal baru.

4. Dokumentasikan segalanya

Buatlah kultur dalam tim dimana dokumentasi menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari. Dengan adanya dokumentasi, semua orang bisa melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh satu orang dengan membaca dokumentasi tersebut.

Kesimpulan

Memahami dan menghindari Bus Factor merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam tim, terlebih jika kita seorang Leader, maka kemampuan kita mencegahnya sedini mungkin sangatlah krusial.

Salah satu hal yang saya suka dari aktifitas pencegahan Bus Factor ini adalah membuat semua anggota tim berkembang karena belajar hal baru dari rekan satu timnya. Selain itu, belajar hal baru juga merupakan aktifitas yang menyenangkan dan menghindarkan anggota tim dari rutinitas membosankan yang itu-itu saja.

Semoga tulisan saya di sini bermanfaat.

Terimakasih telah membaca 👋


Bagikan:  
   

Komentar

Copyright © 2024 Tri Hargianto